Halaman

Kamis, 27 Januari 2011

Rangkuman tugas filsafat ilmu


. Penjelasan filsafat ilmu ditinjau dari :
a.      Ontologi Sain
Ontologi sain membahas hakikat dan struktur sain. Filsafat ilmu berdasarkan kajian ontologi adalah titik tolak penelaahan ilmu pengethuan  yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis. Jadi landasan ontologis ilmu pengetahuan itu sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan itu sendiri.
Ontologi berbicara tentang benda atau objek. Objek ontologi itu sendiri ada dua, yang pertama disebut sebagai objek materi phisik dan yang kedua disebut sebagai objek materi non phisik. Objek materi phisik yang disebut aliran materialism adalah suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Materi adalah sesuatu yang kelihatan dan dapat diraba. Pengembangan ilmu berdasarkan pandangan materialisme cenderung melahirkan ilmu-ilmu kealaman yang juga sebagai induk dari ilmu-ilmu lainnya. Sedangkan materi non phisik yang disebut aliran spritualisme adalah suatu pandangan metafisika yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam. Pengembangan ilmu berdasarkan pandangan spritualisme cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi titik tolak pengembangan bidang-bidang ilmu lain.
b.      Epistimologi Sain
Epistimologi sain difokuskan pada cara kerja atau prosedur dalam memperoleh ilmu pengetahuan (metode ilmiah). Epistemologi Sain adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan. Disinilah dasar-dasar pengetahuan maupun teori pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi bahan pijakan. Konsep-konsep ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis yang ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang membentuknya.

c.       Aksiologi Sain
Aksiologi sain membahas tentang mengapa dan untuk apa ilmu pengetahuan itu. Apakah ilmu pengetahuan itu mempunyai nilai yang berguna bagi manusia. Aksiologi sain menitikberatkan pada cara sain menyelesaikan masalah yang dihadapi manusia.
2. Sejarah Perkembangan Ilmu
a.      Zaman Yunani Kono (Abad 6 SM – 6 M)
            Sebelum lahirnya para pemikir / filosuf Yunani, manusia dalam mencari sebuah kebenaran masih berpegang pada mite-mite atau dongeng yang dianggap dasar pembenaran terhadap setiap gejala alam. Ada dua mite yang berkembang pada waktu itu yaitu mite kosmogonis (asal usul alam) dan  kosmologis (sifat kejadian alam). Cara berpikir manusia seperti ini berlangsung sampai abad ke 6 SM.
Kelahiran pemikiran filsafat Barat diawali pada abad ke-6 SM yang ditandai oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam. Sejak saat itu orang mulai mencari jawaban-jawaban rasional tentang asal usul dan kejadian alam semesta.
ü  Filsafat pra-sokrates ditandai oleh usaha mencari asal (asas) segala sesuatu ("arche" ). Tidakkah di balik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya ada satu azas? Thales mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas, Empedokles: api-udara-tanah-air. Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir ("panta rei" = selalu berubah), sedang Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru sama sekali tak berubah. Namun tetap menjadi pertanyaan: bagaimana yang satu itu muncul dalam bentuk yang banyak, dan bagaimana yang banyak itu sebenarnya hanya satu? Pythagoras (580-500 sM) dikenal oleh sekolah yang didirikannya untuk merenungkan hal itu. Democritus (460-370 sM) dikenal oleh konsepnya tentang atom sebagai basis untuk menerangkannya juga. Zeno (lahir 490 sM) berhasil mengembangkan metode reductio ad absurdum untuk meraih kesimpulan yang benar.

ü   Puncak zaman Yunani dicapai pada pemikiran filsafati Sokrates (470-399 SM), Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM).

ü  Socrates  (470 SM – 399 SM tidak pernah menuliskan karyanya secara  sistematis, namun ia menerapkan metode filsafatnya dalam kehidupan sehari-hari. Metode berfisafatnya disebut metode “dialekta” yaitu bercakap-cakap, berdialog secara langsung kepada seseorang lain untuk mencari pembenaran. Socrates adalah tokoh filsafat etika. Sokrates menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak Sokrates (sebagai sang bidan) untuk "melahirkan" pengetahuan akan kebenaran yang dikandung dalam batin orang itu. Dengan demikian Sokrates meletakkan dasar bagi pendekatan deduktif.  Pemikiran Sokrates dibukukan oleh Plato, muridnya.

ü  Plato (428 SM – 348 SM), Plato menyumbangkan ajaran tentang "idea". Menurut Plato, hanya idea-lah realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang dari bentuknya (idea) yang kekal. Dalam wawasan Plato, pada awal mula ada idea-kuda, nun disana di dunia idea. Dunia idea mengatasi realitas yang tampak, bersifat matematis, dan keberadaannya terlepas dari dunia inderawi. Dari idea-kuda itu muncul semua kuda yang kasat-mata. Karena itu keberadaan bunga, pohon, burung, ... bisa berubah dan berakhir, tetapi idea bunga, pohon, burung, ... kekal adanya. Itulah sebabnya yang Satu dapat menjadi yang Banyak.

ü  Aristoteles (384 SM – 322 SM) Bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah mencari penyebab-penyebab objek yang diselidiki, ada empat penyebab-penyebab tersebut :
1)      Material cause, contohnya kursi dibuat dari kayu
2)      Formal cause, contohnya bentuk kursi ditambah pada kayu sehingga kayu menjadi kursi.
3)      Efficient cause, contohnya adanya tukang kayu yang membuat kursi
4)      Final cause, contohnya kursi dibuat supaya orang dapat duduk di atasnya.
b.       Zaman Pertengahan (6 – 16 SM)
Zaman Pertengahan di Eropa adalah zaman keemasan bagi agama Kristen. Abad pertengahan selalu dibahas sebagai zaman yang khas, karena dalam abad-abad itu perkembangan pemikiran Eropa  sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama. Filsafat zaman pertengahan ini biasanya dipandang terlampau seragam, dan lebih dari itu dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran sebenarnya.
c.       Zaman Renaisans ( 14 – 16 M )
Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran baru bidang filsafat. Pada masa ini disebut juga era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir atau lahirnya kembali manusia yang bebas dari pengaruh gereja yang sebelumnya telah mengukung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.
Tokoh pada masa ini seperti Nicolaus Copernicus (1473 – 1543 ) dan Francis Bacon (1561 – 1626 ). Nicolaus dengan teorinya “heliosentrisme” yaitu matahari adalah pusat jagat raya, bukan bumi sebagaimana yang dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat oleh Gereja. Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutama astronomi. Sedang Bacon seorang perintis filsafat ilmu pengetahuan yang terkenal dengan ungkapannya “knowledge is power” pengetahuan adalah kekusaan.
d.      Zaman Modern ( 17 – 19 M )
Filasafat Barat modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang disebut “renaissans” dan dimatangkan oleh gerakan Aufklaerung di abad ke -18 itu, di dalamnya mengandung dua hal yang sangat penting. Pertama, semakin berkurangnya kekuasaan gereja, Kedua, semakin bertambahnya kekuasaan ilmu pengetahuan. Terbebasnya dari otoritas gereja berdampak semakin dipercepatnya  perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan. Pada zaman renaissans dan aufklaerung perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan  tidak lagi didasarkan pada otoritas dogma gerija, melainkan berdasarkan kesesuaian dengan akal. Sejak  itu kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan pada sikap ilmiah.
Filsafat pada zaman modern menitik beratkan pada persoalan epistimologi yaitu bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan apakah sarana yang paling memadai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, serta apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri. Ada dua aliran filsafat yang muncul yaitu aliran rasionalisme dan aliran empirisisme. Aliran rasionalisme mengandalkan atas kemampuan akal. Sumber pengetahuan yang memadai dan dapat dipercaya adalah akal (rasio). Metode yang diterapkan adalah metode deduktif, seperti yang berlaku pada ilmu pasti. Tokoh aliran rasionalisme adalah Descartes, Spinoza, dan Leibniz. Sedangkan aliran empirisisme bertentangan dengan aliran rasionalisme yang hanya berdasarkan  atas kepastian-kepastian yang siatnya a priori.  Aliran empirisisme mengandalkan sumber pengetahuan itu kepada pengalaman (pengalaman lahir / keduniaan dan pengalaman batin / pribadi manusia). Empirisisme pertama kali berkembang di Inggris pada abad 15 yang dipelopori oleh Francis Bacon. Tokoh lainnya adalah Thomas Hobbes, David Hume.
e.       Zaman Post Modern ( abad 20 – sekarang)
Pada awalnya postmodernisme lahir sebagai resiko terhadap kegagalan modernism. Wacana postmodern menjadi popular setelah Francois Lyotard (1924) menerbitkan bukunya The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (1979). Modernitas menurut Lyotard ditandai oleh kisah-kisah besar yang mempunyai fungsi mengarahkan serta menjiwai masyarakat modern, mirip mitos-mitos yang mendasari  masyarakat primitive dulu. Seperti halnya dengan mitos dalam masyarakat primitive, kisah-kisah besarpun melegitimasi institusi-institusi serta praktek-praktek social politik, system hokum serta moral, dan seluruh cara berpikir. Tetapi berbeda dengan mitos-mitos, kisah-kisah besar itu tidak mencari legitimasi dalam suatu peristiwa yang terjadi pada awal mula (seperti penciptaan oleh dewa-dewa), melainkan dalam suatu masa depan, dalam suatu ide yang harus diwujudkan seperti emansipasi progresif dari rasio dan kebebasan dalam liberlisme politik.
3.  Perbedaan Logis dan Rasional
Logis atau logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Berpikir logis artinya berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir. Sedangkan adalah pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Kata rasional diambil dari Bahasa Inggris rational yang mempunyai definisi yaitu dapat diterima oleh akal dan pikiran dapat ditalar sesuai dengan kemampuan otak. Hal-hal yang rasional adalah suatu hal yang di dalam prosesnya dapat dimengerti sesuai dengan kenyataan dan realitas yang ada. Biasanya kata rasional ditujukan untuk suatu hal atau kegiatan yang masuk diakal dan diterima dengan baik oleh masyarakat . Rasional juga berarti norma - norma yang sudah baku di dalam masyarakat dan telah menjadi suatu hal yang biasa dan permanen.
4. Cara-Cara Memperoleh Pengetahuan Sain
Cara memperoleh pengetahuan sains adalah lewat akal. Karena akal dianggap mampu dan karena akal setiap orang bekerja berdasarkan aturan yang sama. Aturan itu adalah logika alami yang ada pada akal setiap manusia. Akal adalah alat atau sumber yang paling disepakati.
Berkembangnya sains didorong oleh berkembangnya paham Humanisme. Humanisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Paham ini telah lahir pada zaman Yunani Kuno. Kemudian humanisme melahirkan rasionalisme. Rasionalisme yaitu paham yang mengatakan bahwa akal itulah pencari dan pengukur pengetahuan. Empirisme yaitu paham yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris. Positivisme ialah paham yang mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empiris dan terukur. Metode Ilmiah adalah logico-hypotetico-verificatif (buktikan bahwa itu logis, tarik hipotesis dan ajukan bukti empirisnya).
5. Penjelasan Ukuran Kebenaran
a. Ukuran kebenaran filsafat bahwa pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ni menjelaskan bahwa kebenaran fisalafat ialah logis tidakanya pengetahuan itu, bila logis benar, bila tidak logis salah. Ada hal yang patut anda ingat, anada tidak boleh menutut bukti empiric untut menutut kebenaran filsafat. Pengetahun filsafat adalah pengetahuan yang logisa dan hanya logis. Bila logis dan empiris, itu adalah pengetahuan sain.
b. Ukuran kebenaran sains adalah benar jika dapat ditemukan bukti empiris. Hipotesis yang terbukti maka menjadi teori kemudian didukung bukti empiris maka teori itu menjadi hukum dan disebut aksioma.
            c. Ukuran Kebenaran mistik dapat diukur dengan berbagai macam ukuran. Bila pengetahuan itu berasal dari Tuhan, maka ukurannya adalah teks Tuhan yang menyebutkan demikian. Tatkala tuhan mengatakan dalam Al-Qur’an bahwa Surga dan Neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar. Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaan. Jadi, suatu dianggap benar karena kita mempercayainya. Kita percaya bahwa jin dapat disuruh oleh kita untuk melakukan pekerjaan, ya kepercayaan itulah yang menjadi kepercayaannya. Ada kalanya kebenaran suatu teori dalam pengetahuan mistik diukur dengan bukti empiris. Dalam hal ini bukti empiris itulah ukuran kebenarannya
6. Kegunaan Sain
Sekurang-kurangnya ada tiga kegunaan  sains :
a)      Teori sains sebagai eksplanasi,
Menurut T. Jacob (Manusia, Ilmu dan Teknologi, 1993 : 7-8) sain merupakan suatu system eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibandingkan dengan system lainnya dalam memahami masa lampau, sekarang, serta mengubah masa depan. Contoh sain sebagai eksplanasi adalah Teori sain pendidikan. Menurut teori sain pendidikan, anak-anak yang orang tuanya cerai (biasanya disebut broken home), pada umumnya akan berkembang menjadi anak yang nakal. Penyebabnya ialah karena anak-anak itu tidak mendapat pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya. Padahal pendidikan dari kedua orang tua amat penting dalam pertumbuhan anak menuju dewasa.  
b)      Teori sains sebagai peramal
Menurut teori ini bahwa peramal adalah  prediksi yang bersifat pasif, tatkala ada kondisi tertentu, maka kita dapat membuat prediksi, misalnya akan menjadi ini, itu, begini atau begitu. Contoh karena bulan-bulan mendatang hutang luar negeri jatuh tempo semakin banyak, maka diprediksi kurs rupiah terhadap dolar akan semakin lemah. Ramalan lainnya dapat juga dibuat, misalnya harga barang dan jasa pada bulan-bulan mendatang akan naik.
c) Teori sains sebagai alat pengontrol
Perbedaan prediksi dan control ialah prediksi bersifat pasif, sedangkan control bersifat aktif, terhadap sesuatu keadaan, kita membuat tindakan atau tindakan-tindakan agar terjadi ini, itu, begitu atau begini..Contoh Ayah dan Ibu sudah bercerai. Diprediksi anak-anak mereka akan nakal. Adakah upaya efektif agar tidak nakal ? Tentu saja ada. Upaya itulah yang disebut control. Dalam kasus ini mungkin pamannya, bibinya, kakek dan neneknya yang dapat menggantikan fungsi kedua orang tuanya.

7. Cara Sain Menyelesaikan Masalah
Yaitu pertama, ia mengidentifikasi masalah. Kedua, ia mencari teori tentang sebab-sebab masalah tersebut. Ketiga, ia kembali membaca literature lagi.
8. Netralitas Sain
a.      Pendapat bahwa sain itu netral (bebas nilai), menginginkan bahwa ilmu itu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara ontology maupun aksiologi. Tugas ilmuwan hanyalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk menggunakannya apakah untuk tujuan yang baik ataukah buruk. Disini ilmu pengetahuan diberi kesempatan untuk berkembang, sesuai dengan ketentuan-ketentuan ilmiahnya sendiri. Kebaikannya adalah : Perkembangan ilmu akan cepat terjadi, karena tidak ada yang menghambat tatkala mengadakan penelitian. Contoh seorang peneliti akan meneliti kerja jantung manusia, mungkin akan mengambil jantung orang gila sebagai sampel untuk penelitian  demi kepentingan perkembangan ilmu. Kerugiannya adalah tentu ia akan melawan suara hati nurani atau keyakinannya yang berasal dari agama atau normalainnya.
Menurut pakar aliran ini diantaranya adalah : Mukti Ali, Weber (sosiolog) bahwa ilmu itu harus bebas nilai, tapi juga harus menjadi nilai yang relevan. Nilai-nilai itu harus diimplikasikan bagian-bagian praktis.
b.      Pendapat bahwa sain itu tidak netral (tidak bebas nilai), bahwa netralitas itu hanya berada di dalam kepala dan diatur oleh hokum-hukum logika. Menurut Herman Soewardi, sains itu tidak netral atau tidak bebas nilai. Karena apabila sains netral maka ia akan menimbulkan 3R yakni resah, renggut dan rusak. Menurut Sadali “Sain” itu tidak netral. Contoh netral sain seperti pisau, untuk dipakai apa saja terserah penggunanya. Pisau dapat digunakan untuk membunuh manusia (perbuatan jahat), dan dapat juga untuk perbuatan yang baik.
9. Krisis Sain Modern
Kalau kita bicara peradaban sekarang ini, maka tidak bisa dipisahkan dengan sain modern dan aplikasinya. Peradaban dunia barat dewasa ini sedang diambang krisis karena manusia telah banyak melupakan nilai-nilai spiritual. Fenomena alam yang sering terjadi seperti banjir, bencana alam, dan sebagainya adalah olah tangan manusia itu sendiri dengan penerapan sain modern. Contoh yang paling dominan sekarang ini adalah krisis ekologi (lingkungan). Ekosistem alam yang dihuni bermilyar makhluk hidup kini berada dalam situasi yang labil lantaran terlalu banyak campur tangan manusia terhadapnya. Belum lagi ancaman perang nuklir yang bisa menghancurkan bumi dan isinya. . Padahal dari sejarah ketika sain modern itu lahir bertujuan untuk untuk menjadikan manusia sebagai penguasa alam' sehingga ia bebas mengeksploitasinya demi kepentingan manusia sendiri dalam menjadikan diri pemilik budaya instan. Ringkasnya, sejak ia (sains modern) lahir tidak bisa dipisahkan dari aplikasinya yang tepat, baik atau buruk jadi sains modern itu tidak netral.
            Dari gambaran di atas dan relitasnya sekarang ini, menurut saya bahwa sain modern Barat (SMB) telah diambang krisis. Solusi yang tepat adalah bukan mematikan sain itu sendiri tetapi tergantung kepada aktornya (ilmuwan) atau pengguna. Agar para pengguna / ilmuwan itu bisa mengaplikasikannya dengan tujuan yang baik, maka wajiblah ia berakhlak mulia. Apapun agama yang diyakininya tapi kunci utamanya adalah berakhlak. Lagi-lagi Akhlak lah kunci utama peradaban manusia. Sebagaimana hadits yang telah populer, "Sesungguhnya aku (muhammad SAW) diutus guna menyempurnakan Akhlak yang mulia". Maka pembekalan generasi ilmuwan itu hendaklah  ditanamkan juga pendidikan akhlak mulia, pendidikan agama, dan tentu juga aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
10. Bagaimana Sebaiknya Sain Indonesia ?
            Di era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini telah mempengaruhi banyak segala aspek  kehidupan masyarakat Indonesia. Arus globalisasi sebagai konsekuensi dari kemajuan sain modern tidak bisa dihindari oleh negara manapun, termasuk Indonesia. Memang sejak munculnya, sains modern telah terkena dominasi Barat, sehingga tak aneh bila orang menyebutnya sebagai sains Barat. Nilai-nilai ini kemudian berkembang ke negara-negara tetangganya termasuk juga negara muslim turut menerapkan sains barat bersamaan dengan menyerbarnya sains modern lewat jalur alih teknologi dan lembaga pendidikan (universitas) dan saluran lain. Diakui atau tidak pengaruh sains modern telah membawa manusia mengikuti ke dalam pengaruh teknologi itu..Lalu bagaimana sikap bangsa kita
terhadap sain modern yang didominasi oleh peradaban Barat.?  Apakah sain Indonesia
juga terpengaruh oleh sain modern ala barat ? Jawabnya tentunya tidak.
            Indonesia punya peradaban yang dilandasi oleh falsafah negara yaitu “Pancasila” yang dijadikan  sebagai ideology negara, dasar negara, kepribadian bangsa, dan pandangan hidup Bangsa Indonesia. Ini artinya Indonesia mempunyai tameng terhadap arus globalisasi dari  sain modern barat. Meskipun demikian kita tidak mungkin tertutup sama sekali terhadap kemajuan sain modern kalau memang itu bisa bermanfaat banyak bagi masyarakat Indonesia, maka hal itu dapat dipergunakan,
namun tidaklah menghilangkan asas kepribadian Indonesia. Jadi kesimpulannya bahwa sain Indonesia tetap memperhatikan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang beradasarkan Pancasila.

11. Sarana Berpikir Ilmiah Melalui :
a.      Bahasa
Dengan bahasa manusia bisa mengkomunikasikan cara berpikirnya atau apa yang dipikirkannya  kepada orang lain baik berupa perasaan, sikap, dan pikran itu sendiri. Dengan Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana obyek yang factual ditransformasikan menjadi symbol-simbol yang bersifat abstrak. Tanpa kemampuan berbahasa manusia maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan, manusia tak mungkin dapat mengembangkan kebudayaannya, manusia tak ada bedanya dengan monyet.
b.      Matematika
Matematika merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif. Bahasa matematika ditulis sederhana, tidak banyak kata-kata, dan dapat dihindari salah informasi dan interprestasi. Matematika mengandung informasi tentang obyek tertentu dalam dimensi-dimensi pengukuran terutama secara kuantitatif. Lewat pengukuran, kita dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam dan berapa pertambahan panjangnya jika logam dipanaskan. Matematika sebagai ilmu yang dapat memberikan jawaban lebih bersifat eksak, memungkinkan pemecahan masalah lebih tepat dan cermat.
c.       Statistika
Statistika  memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum (induktif) dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan.Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik. Penarikan kesimpulan secara statistic memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis.
d.      Logika
Menurut Amsal Bakhtiar, logika adalah sarana untuk berpikir sistimatis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Logika mempelajari kecakapan berpikir lurus, tepat dan teratur. Manfaat logika membantu manusia : 1). Berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. 2). Cara berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka, emosi dan keyakinan seseorang. 3). Untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tertib, metodis, menjaga kita selalu berpikir benar.

12. Sain Tauhidullah
Menurut  saya Sain Tauhidullah yang diperkenalkan oleh Herman Soewradi adalah upaya penyelamatan kepada para ilmuan dan pengguna kemajuan sain itu sendiri dari keserakahan dan kesombongan yang cenderung telah melupakan norma-norma agama. Karena itu dalam mengaplikasikan  sain  harus mengacu pada ajaran ketauhidan, ajaran moral, yang lebih mengutamakan kebermanfaatan bagi semua manusia khususnya dan bagi makhluk hidup lainnya termasuk lingkungan.
            Bagaimana inti Sain Tauhidullah itu ? Ontologi dari Sains Tauhidulloh adalah alur pikir lain dari yang ditempuh oleh SBM, ialah alur pikir yang dipandu dan diridhoi oleh oleh Allah SWT, sebagaimana dalam Quran surat Al-Alaq, ayat 5 “Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya “ Maka karakteristik utama Sain Tauhidullah adalah “naqliah memandu aqliah” atau wahyu yang memandu fitrah atau akal manusia dalam menangkap rangsangan inderawi untuk mengungkap jagat raya yang merupakan Kalam Allah (maju menjadi “Kalam” dari “qolam”) Ini berarti bahwa observasi harus dipandu oleh Kalam Allah (“mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring”).  Akan tetapi dalam dalam konkritisasinya Sain Tauhidullah dihadapkan pada masalah teknis yang cukup besar bagaimana menggunakan wahyu sebagai pemandu observasi, yang merupakan asas Sain Tauhidullah. Dengan perkataan lain diperlukan kemampuan tafsir dari petunjuk Wahyu-wahyu sebagaimana yang tertera dalam Al-Quran . Dalam hali ini Arkoun telah memberi contoh agar sampai pada “Kalam Allah” yang maknawiyah dari teks atau nash yang bersifat harfiah. Selain contoh tafsir tematis sebagaimana yang diuraikan oleh Quraish Shihab, dan tafsir kontektual sebagaimana diuraikan oleh Syed Qutub.

13. Makna dan Misi Agama Islam dalam Pengembangan Sain
Agama Islam adalah agama samawi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta ummatnya diseluruh dunia sebagai agama akhir jaman yang telah diridhoi dan diberi rakhmat oleh Allah SWT sebagai agama yang sempurna. Ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasul kepada ummatnya adalah untuk misi keselamatan ummat manusia baik di dunia maupun diakhirat kelak. Karena itu  Islam memberikan ajaran tentang kehidupan dengan segala aspeknya di dunia dan memberikan kabar tentang bagaimana kehidupan di akhirat kelak. Sumber pegangan yang utama adalah Al Qur’an dan As Sunnah Nabi disamping Ijtihad para ulama.
Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, Islam mewajibkan kepada ummatnya untuk menuntut ilmu yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi sesama. Manusia disuruh untuk menggali ilmu pengetahuan yang telah tersedia di jagat alam raya ini untuk dipergunakan dalam kebaikan. Al Qur’an juga telah memberikan petunjuk bagaimana ilmu pengetahuan itu didapat, dan bagaimana ilmu penegtahuan itu dikembangkan, dan bagaimana pula ilmu pengetahuan itu digunakan. Karena dengan ilmu itulah manusia bisa meraih sesuatu yang diinginkan. Namun dengan ilmu juga manusia bisa berbuat kehancuran. Ini artinya tergantung pada orang yang mempergunakan ilmu itu. Dalam hal ini ilmu itu sebaiknya tidak bebas nilai. Islam dalam Alqur’an dan Sunnah nabi memberikan pedoman  kepada manusia untuk berbudi pekerti yang baik  atau menjaga akhlaknya yang mulia sehingga kehidupan yang pada hakekatnya tenteram, damai, dan sentosa dapat terwujud.
14. The Knower, Knowing, Knowledge
a.       Knower ialah kesadaran manusia, yang merupakan dasar yang lebih mendalam untuk dapat berfungsinya kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan konatif. Kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk mengetahui dengan landasan rasio atau akal.Kemampuan afektif adalah kemampuan untuk merasakan tentang yang diketahuinya itu ialah rasa cinta dan rasa indah.
b.      Knowing ( nalar / berpikir ) adalah kemampuan menalar yang dilandasi oleh kesadaran. Apa yang dipikirkan manusia adalah berkenaan dengan sesuatu yang dapat diinderakan manusia maupun yang tidak dapat diinderakan. Segala sesuatu yang dapat diinderakan disebut pengalaman (experience), sedang yang tidak dapat diinderakan disebut dunia metafisika. Berpikir tentang experience disebut berpikir empirical, sedang berpikir tentang dunia gaib / metafisika disebut berpikir transedental.
c.       Knowledge adalah berhubungan dengan kepercayaan. Segala sesuatu yang kita ketahui melalui : 1) Persepsi terhadap obyek-obyek, 2). Ingatan (memory) yang telah terjadi, 3) Pengenalan obyek-obyek. Fungsi sain adalah pencarian / penemuan knowledge, sedang fungsi filsafat adalah klarifikasi.
15. Apakah Pengetahuan Mistik itu disebut  Sain ?
Kalau dilihat dari aspek ontology, epistimologi, dan aksiologi bahwa pengetauan mistik bukanlah sain. Sain itu adalah pengetahuan yang sistematis yang berasal dari observasi indrawi.” Perkembangan berikutnya, lingkup sains hanya terbatas pada dunia fisik, sejalan dengan definisi lain tentang sains sebagai “pengetahuan yang sistematis tentang alam dan dunia fisik. Sains didapatkan melalui prosedur ilmiah. Sedangkan pengetahuan mistik objeknya abstrak (non fisik) supra-rasional, paradigmanya mistik, tidak menggunakan metode ilmiah sebagaimana sain, pengetahuan mistik menggunakan metode latihan/percaya dan kriterianya rasa, iman, logis dan kadang empiris..
a.      Ontologi Pengetahuan Mistik
Pengetahuan mistik pada hakekatnya adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami oleh rasio. Pengetahuan mistik ialah pengetahuan supra-rasional tetapi kadang-kadang memiliki bukti empiris. Struktur pengetahuan mistik dari segi sifatnya ada macam yaitu mistik biasa ialah mistik tanpa kekuatan tertentu, contoh : tasawuf dalam Islam, dan mistik magis. Mistik magis dibagi lagi menjadi dua yaitu mistik magis putih, seperti : mukjizat, karomah dan lain-lain. Mistik magis hitam, seperti : sihir, santet
b.      Epistemologi Pengetahuan Mistik
Secara epistimologi, pengetahuan mistik diperoleh melalui rasa, melalui hati sebagai alat merasa. Objek pengetahuan mistik adalah objek yang abstrak supra-rasional, seperti alam gaib, malaikat, surga, neraka dsb.Cara memperoleh pengetahuan mistik yaitu dengan jalan riyadhah/latihan. Adakalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik adalah kepercayaan dan adakalanya adalah bukti empiris.
c.       Aksiologi Pengetahuan Mistik
Dilihat dari kegunaannya pengetahuan mistik amat subyektif, yang paling tahu penggunaannya adalah pemiliknya. Pengetahuan mistik menyelesaikan masalah tidak melalui proses inderawi juga tidak melalui proses rasio. Hal ini berlaku bagi mistik putih dan mistik hitam. Pengetahuan mistik dengan mudah dilihat bahwa ia tidak netral karena isi ajaran agama yang jelas tidak netral dan bagi mistik magis selalu memiliki sifat individualistik, karena ia subyektif.

1 komentar:

  1. Mantap Pa !!!
    selalu berkarya demi pendidikan..
    kunjungi juga website kami di www.sdntambaksirangbaru.sch.id & www.sriudin.com(SAHRUDIN,S.Pd Sungai Lulut)

    BalasHapus

Tentang blog ini

Salam sehat sahabat bloger Saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah berkunjung ke “INASNET” BERAKSI (Berbagi Aksi dan Informas...